JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa menilai, kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya saat ini tidak nyaman dihuni. Ketiga kota ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi, serta tata ruang kota dan sarana transportasi yang buruk. "Setiap kota di Indonesia harusnya mengantisipasi batas ambang (carrying capacity) penduduk yang ada agar lebih nyaman dihuni oleh masyarakat. Beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya sudah terlalu padat," kata Suharso dalam sambutannya pada seminar nasional Habitat 2011 "Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang Responsif Terhadap Perubahan Iklim" di Jakarta, Rabu (5/10/2011).
Suharso mengatakan, kepadatan kota serta kekhawatiran terjadinya ledakan penduduk di kota-kota besar merupakan masalah yang akan selalu dihadapi setiap kota didunia. Untuk mengantisipasi hal ini, diperlukan suatu satuan kawasan wilayah (SKW) dengan perencanaan matang, agar bisa digunakan untuk mencegah semrawutnya penataan sebuah kota di masa mendatang.
"Diperkirakan di kawasan Asia akan terjadi ledakan penduduk di perkotaan sekitar 62 persen, dengan pertambahan penduduk di kota besar naik sekitar 55 persen. Apabila kota-kota di Indonesia tidak melakukan antisipasi sejak dini, maka yang terjadi kota-kota besar akan semakin padat lagi,” ujarnya.
Salah satu kunci untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Suharso, setiap penguasa atau kepala daerah harus memiliki pengetahuan cukup mengenai tata ruang serta teknologi, agar masyarakat bisa menikmati hasil pembangunan yang ada. Jangan sampai penguasa kota dan para pemangku kepentingan, khususnya di sektor perumahan dan kawasan permukiman, mementingkan kepentingannya sendiri dengan melakukan kompromi dalam setiap perijinan pembangunan. "Jika hal ini diselesaikan segera, maka saya yakin 10 tahun mendatang isu mengenai kepadatan dan kesemrawutan kota di Indonesia tidak akan terulang lagi," katanya.